Barusan baca status teman cewek saya yang cantik luar dalam, isinya kutipan: " RT @funnyorfact: When I see stupid statuses on Facebook I try my hardest not to make rude sarcastic comments, because I know the Lord is testing me."
Kata orang Kupang "natok di beta" alias status ini tepat sekali untuk mendeskripsikan saya di saat itu. Bagaimana tidak hari ini, dalam jangka waktu beberapa jam dua orang teman facebook saya dengan ciri khas mengkritiknya seolah menggelitik saya untuk menciptakan status kritikan bagi mereka dengan harapan cukup 'natok' di hati mereka.
Sejujurnya saya bukan tipe orang yang suka mengkritisi hal-hal sepele seperti ini, tapi entahlah hari ini kok rasanya akumulasi dari yang sepele-sepele itu meluap. Yang sepele itu: "ngapain sih berlomba-lomba pake BB, HP itu yang penting bisa pake komunikasi cukup". Beberapa minggu setelah status ini muncul status baru yang biasanya via mobile menjadi via blackberry. Status "tidak penting penilaian orang, asalkan kita tetap jadi diri sendiri" diikuti oleh status "sepertinya saya harus potong rambut, kata si ... rambut panjang ga cocok buat saya" beberapa saat setelahnya. Next "mbak, ngomongnya biasa aja, ga usah teriak" menjadi "suka-suka saya dong mau teriak-teriak, mulut mulut saya". Lebih miris lagi yang statusnya "Terima kasih Tuhan untuk berkatMu" beberapa hari kemudian menjadi status penuh makian hanya karena masalah kecil seperti kehujanan.
Sebelum sayapun menciptakan status kritikan bagi para pencipta status-status sepele nan menggelitik di atas, saya bersyukur sekali sudah lebih dulu diingatkan: God is testing me. Terima kasih nona manis Rita Rehy untuk status kutipan ini. Percaya atau tidak, seketika itu juga saat membaca kutipan itu gelitikan tadi tidak terasa lagi. Jadilah bukan status sarkastik atau kritikan halus yang keluar melainkan status manis: "hey cantik". God, how's my point now?
Catatan: in the end saya merasa aneh dengan emosi saya yang tiba-tiba labil seperti tadi. LOL..
No comments:
Post a Comment